Senin, 17 Desember 2012

Cerita Hati Ini Cinta Pertama

Judul       : Cerita Hati Ini Cinta Pertama
Penulis    : Bernard Batubara, dkk
Penerbit  : BukunĂ©
Terbit      : November 2012
Halaman : 298
Genre      : Fiksi
ISBN      :  602-220-080-6
Cinta pertama hanya datang satu kali. Ketika kau tak bisa menangkapnya, kau akan kehilangan. Tapi, kau akan selalu tahu, Ia akan selalu ada di hati – selamanya. Seperti kata banyak orang, cinta pertama punya cerita tersendiri. Kisah indah yang tak akan pernah lekang oleh waktu.
  
Buku ini berisi kumpulan cerita [cinta pertama] hasil karya dari 17 penulis - 17 cerita cinta pertama yang ditulis dari hati. Sayap Kupu-kupu (Kireina Enno), Bianglala (Dedek Fidelis Sinabutar), Satu Kilometer (Suci Nurkhasanah), Tulang Rusuk Susu (Indra Widjaya), First Love in The Eyes (Prince Damo Rejeb), Dear My First Love (Fitrah Amalia), Jebakan Cinta Pertama (Erditya Arfah), Kupu-kupu Terakhir (Sulfiza Ariska), Sembilan Hari Denganmu (Khyarina), Delapan Belas (Dian Purnama), Kau yang Datang Bersama Hujan (Chika Rei), Partikel “Titik” Itu (Nabilla Chafa), Cinta Pertama (Dannie Faizal), Lewat Surat Ini Aku Bercerita (Khoirunnisa Zukhrufiddin), Lupa Melupakan, Rindu Dirindukan (Andhika Citra Handayani), Di Dalam Mata Dilla (Bernard Batubara) dan Memoar Alhadid Yunara (Risa Saraswati). 

Selasa, 13 November 2012

Sekadar Info Buat Nasib Naskahmu

Reni Erina

Kamu kesel banget naskahmu yang udah kamu kirim lebih dari setahun-dua tahun-empat tahun, gak dilirik-lirik redaktur? Padahal kamu udah yakin banget sampe ciyus miapah segala kalo naskahmu itu keren (menurutmu).

Kali aja:
1. Belum tentu naskahmu itu berarti ditolak. Sapa tau aja naskahmu masuk spam. Maka cek lagi di send email ya. Kalo perlu kirim berulang (dalam jarak 10 detik).

2. Kamu tidak menuliskan subjek email dengan benar. Misalnya kamu isi subjek email dengan : surat cinta (padahal isinya cerpen). Baiknya kamu tulis subjeknya dengan : Cerpen Komedi remaja_ judul

3. Kamu mengirimkannya dengan pdf, rtf, harusnya dengan doc atau docx (jangan mie dogdog ya)

4. Kamu menuliskan sapa di badan email dengan kalimat mengancam : Kepada YTH redaktur Story. Dengan ini aku kirim naskah cerpen paling keren. Tolong dibaca dan dikabari ya. Kalau sampe 3 minggu naskahku gada kabar, awas loh! (dijamin tanpa dibaca lagi, naskahmu bakal dijadiin menyan)

5. Kamu tidak mencantumkan no telepon (hari gini redaktur/sekred lebih nyaman menghubungi via telepon karena lebih cepat mendapat jawaban, daripada harus membalas emailmu utk konfrm naskah). Kalo redakturnya baik hati kayak aku, aku suka search di fb dan kirim inbox. Makanya selain no tlp hape, no tlp rumah dan no tlp tetangga, cantumkan juga nama FB-mu ya.

6. Jangan pake nama aneh-aneh untuk nama penamu. Redaktur suka ilfill kalo baca nama penulisnya ajaib, kayak nama artis korea yang keselek biji duku. Kadang (kadang ya, berarti gak selalu), ini berdampak pada aura keberuntungan naskahmu.

7. Jangan pernah mengirim cerpen yang sudah di posting di FB dan dibaca banyak orang.

8. Kalo mau kirim naskah cerpen, ya berarti cerpen, bukan resep masakan (kali aja saking semangatnya kamu salah nge-attach file.

9. Ikuti perkembangan media (penerbit) yang menjadi sasaran kiriman naskahmu.

10. Sabaaarrrr. Jangan kirim inbox ke redaktur terus-terusan untuk mengingatkan naskahmu, kan yang kirim naskah bukan cuma kamu aja, tetapi 5000 orang lainnya.

11. Kalo kamu gak sabar menunggu kabar naskahmu, silakan kirim ke media lainnya, tetapi wajib mengirimkan surat penarikan naskah kepada media pertama.

12. Kalau no 1-11 tidak terkait dengan kamu,  dan ternyata naskahmu tetep gada kabarnya, berarti kamu belum beruntung. Coba lagi, tulis lagi, kirim lagi. Penulis jangan mati gaya, jangan hanya mengandalkan sebuah cerpen saja :)

Demikian semoga menjadi pencerahan ya :)
Semangaaaaaattttt makan cokelat!
Euh, semangat menulis dan bersabar ya :)

Salam secokelat Bunda... :)

Sumber: https://www.facebook.com/notes/story-teenlit-magazine-official-group/sekedar-info-buat-nasib-naskahmu/494635330571075

Sabtu, 02 Juni 2012

Tips: Menghitung Karakter dan Memangkas Jumlah Karakter

Triani Retno

Majalah Story dan Penerbit Universal Nikko lagi bikin lomba cerpen. Seperti biasa, aturan main di Story bukan jumlah halaman, tapi jumlah karakter. Di lomba ini panjang naskah yang diminta adalah 5.000 character with spaces (kita singkat jadi cws ya). Untuk tahu udah berapa jumlah karakter dalam naskah kita, gampang kok. Di Word ada fasilitasnya. Cari aja Word Count, nanti ada laporan lengkapnya.

Nah, gimana kalo ternyata, saking semangat 45, 66, dan 98 sekaligus, naskah kita membengkak jadi 9.000 karakter? Saya safety player, memilih mengikuti peraturan. Bukan apa-apa. Males banget, deh, kalau karya saya langsung ditendang gara-gara saya sotoy bikin aturan sendiri. Nambah-nambahin jumlah karakter kan termasuk ke-sotoy-an. Jadi, kalau sudah membengkak gitu, ya, harus dipangkas.

Tapi nanti jalan cerita gue berubah dwooong?
Kita bisa memangkas jumlah karakter tanpa mengubah jalan cerita. Beneran. Saya pernah memangkas sekitar 8.000 karakter dari naskah teman baik saya. Yang semula 25rb karakter bisa tinggal 17rb karakter tanpa banyak menggunting cerita.

Kuncinya ternyata gampang. Biasakan menulis dengan benar. Contohnya, nih:
  1.    Aku hanya sekadar ingin bertemu dengan kamu saja
-----------> 48 cws. Banyak kata mubazir (tidak efektif) di sana. Hanya, sekadar, dan saja tidak perlu dipakai bareng. Pilih satu aja, ya. Ini sama tidak efektifnya seperti: masuk ke dalam, naik ke atas, turun ke bawah.

       Aku hanya ingin bertemu denganmu
-----------> 34 cws. Kata-kata mubazir udah kita buang. Kata "dengan kamu" juga bisa ditulis menjadi "denganmu". Maknanya sama, tapi jumlah karakter lebih sedikit.

2.   “Jangaaaaaaaan.....................!!!!!" teriak Salsa.
------------> 55 cws. Tidak perlu memakai banyak huruf yang sama, banyak titik, dan banyak tanda seru. Boros dan nggak bener.

    “Jangaaan...!" teriak Salsa.
-----------> 28 cws. Cukup tiga huruf a dan tiga titik. Kalau merasa efek teriaknya kurang terasa, bisa pakai huruf kapital. "JANGAAAN...!".  Namun, jangan terlalu banyak.

Yang lain:
  • Cukup tekan space bar sekali aja (satu ketuk) untuk jarak antarkata atau perpindahan kalimat baru dalam satu paragraf. Beberapa penulis punya kebiasaan memberi dua ketukan space bar. Nah, hilangkan kebiasaan ini. Space bar juga dihitung karakter, lho.
  • Cari sinonim. Kalau ada yang lebih pendek, kenapa harus yang panjang? Misalnya: harapan------->asa. Namun, nggak selalu bisa diganti sih.
  • Nggak usah bolak-balik menerangkan hal yang sama. Kalau di awal udah ditulis Amira dan Morgan itu pacaran, ya nggak usah bolak-balik ditulis, misalnya: Amira pacar Morgan atau Morgan pacar Amira. Pembaca nggak bego, kok.
  • Kata ulang ditulis serangkai, tanpa space bar (dan memang ini yang benar). Kupu-kupu, laba-laba, malu-malu. Bukan: kupu - kupu,  laba - laba, malu - malu. 

Percaya atau tidak, ribuan karakter bisa dipangkas dengan cara seperti itu. Kalau masih bengkak juga, harus tega. Setel lagu "Potong Bebek Angsa" lalu mulailah membuang bagian cerita yang tidak perlu.

(nb: Saya nggak akan ikut lomba cerpen ini. Kata Pak Kepsek sebelah, kalau saya nekat ikut, saya akan dicegat di tikungan jalan trus dipecat dari jajaran dewan guru stres)

Sumber: https://www.facebook.com/notes/story-teenlit-magazine-official-group/tips-menghitung-karakter-dan-memangkas-jumlah-karakter/213028642065080

Sabtu, 12 Mei 2012

Tips Jumat Sore

 Reni Erina

1. Mulailah dengan menulis buku harian.
Ceritakan dengan detail apa saja kegiatanmu hari ini sampai malam nanti. Cobalah menguraikannya dengan bahasa yang asik, menurut versimu (masing-masing punya gaya bercerita).
Lihat apakah dalam satu hari itu, dari apa yang kamu tuliskan, ada kejadian unik yang kamu tahu betul, awal hingga akhir, sebab akibat dan endingnya).

2. Mulailah mengasah kepekaanmu
Dari sering menulis buku harian, kepekaan kita bisa terasah. Kita sensitife pada hal-hal di sekitar kita. Apa yang terjadi, apa yang dilihat, didengar dan dirasa…  itu bisa menjadi ide ceritamu

3. Bandingkan dengan cerpen orang lain
Maksudnya, jika kamu mendapati cerpen yang ada di majalah, maka jadikan itu sebagai acuan, apakah cerpen yang kamu tulis sudah sebaik cerpen itu atau mendekati. Perhatikan cara mereka memulai sebuah cerita, merunut kejadian-kejadiannya dan mengakhiri cerita. Perhatikan detail-detail setiap kata atau kalimatnya. Dan banyak membaca karya-karya hebat, ini bisa menambah referensi kata atau kalimat.

4. Sharing dengan teman atau orang terdekat
Ini juga satu point penting. Sebelum kamu mengirimkan naskah tersebut, atau mempostingnya, minta pendapat mereka. Pandangan mereka bisa menjadi wakil dari pandangan orang lain.


Salammmm....

Sumber: https://www.facebook.com/notes/story-teenlit-magazine-official-group/tips-jumat-sore/409450289089580

Selasa, 17 April 2012

Kata Pengantar di Badan Email untuk Lomba

Reni Erina
 
Kepikiran untuk membahas ini setelah dua bulan belakangan sibuk menangani 4 event ajang lomba penulisan tingkat SMP, SMA dan kumcer Dua Sisi Susi....

Bahwa saat kita mengirimkan naskah ke panitia ajang lomba (apa pun itu), selayaknya kita menuliskan kata pengantar di badan email.
Ringkas, sopan dan jelas, tanpa berbelit-belit.

Bahwa bagaimana pun seperti halnya kita bertandang, kita wajib mengetuk pintu....  menyapa salam. Begitu juga saat kita mengirimkan email kepada panitia.  Lupakan bahwa dia adalah sahabat baik kita, pacar, tetangga, atau suami. Dengan kata lain, kita tdk mengenal mereka, selain saat itu sebagai PANITIA.
Pakailah bahasa yang resmi dan bena, tanpa menyebutkan nama.  Apalagi panitia cara biasanya terdiri dari beberapa orang....  jd jgn sebutkan nama, tp sebutkan saja : panitia acara.

Misal :
Kepada YTH
Panitia Lomba Penulisan Cerpen anu di Tempat.

Dengan ini saya sertakan cerpen saya yang berjudul.............     untuk dapat diikutsertakan dalam ajang lomba ini. Juga saya lengkapi dengan identitas diri dan .... bla.. bla.. bla...
......
....

(itu salah satu contoh saja)...
Bagaimana pun namanya aja lomba.... nggak cuma isi pokoknya aja yg dilirik, tp juga bagaimana performa (dalam hal ini penyampaian, email atau kata pengantar) bisa menambah nilai....

Selayaknya juga gak cuma dalam lomba aja, tetapi juga dalam pengiriman naskah2 lain yang terkait dengan pengiriman utk suatu lembaga/majalah atau event....

(Hindari kalimat : "Heii, riiinnn gue kirim cerpen neehh..., cepet  baca, GPL  dan muat ya... awas loh kalo nggak!"  sumpah ini isi badan email yg aku berharap tdk menemukannya lagi :)

Sumber: https://www.facebook.com/notes/story-teenlit-magazine-official-group/story-online-1-day-kata-pengantar-di-badan-email-untuk-lomba/202307769803834

Sabtu, 14 April 2012

Cinta Pertama di Akar Kuadrat--Story Teenlit Magazine edisi 27

Cinta Pertama di Akar Kuadrat
Suci Nurkhasanah

”Ya ampun, aku lupa!” Begitulah ekspresiku memulai pagi ini. Aku terperanjat ketika melihat teman-temanku berhamburan di kelas.

”PR massal!” teriak salah satu dari mereka.

Seketika, aku keluarkan buku tugasku. Secepat kilat aku menyontek pekerjaan teman. Huh, sial sekali aku pagi ini. Pagi-pagi seperti ini sudah mandi keringat. Begitulah suasana pagi hari yang mendebarkan di SMA Negeri 1 Muntilan.

Bermodalkan nilai yang pas-pasan, aku memberanikan diri mendaftar di SMA Negeri 1 Muntilan. Aku sangat senang ketika diterima di sekolah ini. Tetapi, setelah test menentukan kelas, aku masuk di kelas X-8. Artinya adalah sebuah kelas unggulan yang menggunakan dua bahasa dalam setiap pelajarannya, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Aku menganggap ini sebuah kesialan. Bukan keberuntungan. Karena aku harus belajar ekstra keras untuk tidak menjadi yang terburuk.

Matematika adalah pelajaran yang aku benci. Kuakui, aku tidak begitu lincah dalam bermain angka. Baru materi pertama semester pertama saja sudah cukup memaksa otakku untuk mencerna angka-angka yang rumit. Aku heran ketika seisi kelas menganggap mudah materi itu. Ya, semuanya tentang bentuk pangkat, akar, dan logaritma. Padahal aku sudah memperhatikan pelajaran dengan cukup baik, tetapi mengapa aku tetap belum bisa?

”Eh, Ran, tolong ajari aku,” pintaku.

”Boleh. Dengan senang hati,” jawabnya.

Aku telah menghabiskan dua jam lebih untuk menerima les matematika dari temanku, Ranti. Tetapi, belum satu pun yang aku kuasai? Betapa kagetnya aku, ketika guru matematika mengatakan bahwa minggu depan ulangan bab pertama. Sungguh sebuah bencana untukku.

Hari ini aku berencana mencari buku matematika yang lebih lengkap di perpustakaan sekolah. Jam istirahat pertama, aku harus naik turun tangga dan berlari. Mengingat perpustakaan letaknya jauh dari ruang kelasku. Berharap setumpuk buku bisa membantuku. Aku tidak ingin nilai pertamaku buruk. Ya, paling tidak nilai tujuh saja aku sudah puas.

”Cari buku apa?” tanyanya.

”Buku matematika. Minggu depan ulangan, kan?”

”Oh, itu. Lebih baik buku yang ini saja.” Dia memberikan buku yang aku cari.

”Rif, sudah paham bab pertama?” tanyaku.

”Sudah. Bab pertama tidak begitu sulit,” jawabnya ringan. Huh! Dia menganggapnya mudah? Mengerjakan satu soal saja aku harus jungkir balik. Tetapi, dia menganggapnya mudah? Dunia sungguh tudak adil!

Enam hari begitu cepat berlalu. Besok ulangan matematika. Kubuka buku dan kukunci pintu kamarku. Berharap tidak ada yang mengganggu. Berjam-jam aku membaca, mempelajari soal dan latihan, tak satu pun yang dapat aku kerjakan. Mengapa otak ini begitu buntu. Apalagi mataku tidak bisa diajak kompromi. Aku tertidur pulas.

Aku sangat kesal pagi ini. Aku belum siap. Tetapi, mengeluh tidak ada gunanya. Sekaranglah waktunya untuk berperang. ”Ya Tuhan, aku belum belajar. Berikanlah kemudahan untukku.” Bel berbunyi. Bu Isti, guru matematika baru sampai di tangga. Ada beberapa menit untuk mengulang pelajaran.

”Masukkan semua buku dan keluarkan selembar kertas,” kata Bu Isti.

Jantungku berdebar tidak karuan. Semuanya gemetar. Ketika lembar soal dibagikan, aku sangat takut. Entah apa yang harus kulakukan terhadap soal itu. Mengerjakannya? Satu pun tak bisa. What the hell? Ini kiamat!

Aku sangat malu ketika nilaiku terburuk di kelas. Aku kaget ketika tahu Arif mendapat nilai tertinggi di kelas.

”Rif, ajari aku ya.”

”Iya,” jawabnya singkat. Rasanya senang sekali.

”Nanti sepulang sekolah, bisa?”

”Aduh, maaf. Kalau nanti tidak bisa. Nanti ada teater. Besok saja, ya.”

Aku hanya mengangguk kecil.

Hari demi hari telah berlalu. Arif tetap setia mengajariku. Kadang aku kasihan karena ia harus menghabiskan waktunya mengajariku. Apalagi tidak cukup sekali aku dijelaskan. Tiga atau empat kali, aku baru mengerti.

Matematika ternyata tidak begitu buruk jika kita bisa sedikit memahaminya. Itulah yang kurasa saat ini. Setelah kuselidiki apa penyebabnya, aku menemukan titik terang. Itu Arif! Aku harus berterimakasih padanya.

Aku semakin dekat dengan Arif. Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan saat ini. Tidak seperti dulu. Jantungku selalu berdebar jika aku dekat Arif. Kurasa aku mulai menyukainya. Menyukai karena kebaikannya, kesabarannya, dan tentu saja kepandaiannya. Tetapi aku salah. Ini lebih mendebarkan daripada mengerjakan soal matematika.

Aku tidak pernah merasa sesenang ini. Bukan karena aku lebih paham matematika. Namun karena Arif. Aku tidak mau mengatakan ini cinta, terlalu berlebihan jika aku mengartikan perasaan suka ini adalah cinta. Tetapi, aku tidak bisa menyangkalnya karena mungkin cinta yang sedang kurasakan saat ini. Jika benar, ini cinta pertamaku. Aku pun tidak berharap balasan apapun dari Arif. Aku cukup puas punya perasaan seperti ini. Aku tidak berharap lebih.

Mulai pagi ini aku berangkat sekolah bersama Arif. Sederhana, tapi bagiku luar biasa. Aku mengawali hari ini dengan senyuman.

”Ada apa, kok senyum-senyum sendiri? Aneh.”

”Ranti, aku bahagia sekali hari ini,” jawabku.

”Jangan-jangan kamu...” kalimat Ranti terputus mendengar bel sekolah berbunyi. Aku tahu apa yang akan dikatakan Ranti. Karena ekspresinya seakan menggodaku. Aku tahu! Perasaanku ini terbaca jelas olehnya. Ingin rasanya aku berbagi cerita dengannya, tetapi aku malu.

”Dian, tadi aku diberitahu Bu Isti. Katanya, lusa ada ulangan matematika. Mmm... tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dan akar kuadrat. Kita sudah mempelajarinya. Kamu siap?” Arif memberitahuku.

”Ulangan matematika? Siapa takut?” jawabku dengan penuh percaya diri.

Terimakasih Arif, karenamu aku memahami dua hal. Matematika dan cinta.

***

Senin, 12 Maret 2012

Kharisma Sebuah Karya

Zen Horakti

Apakah kalian punya buku favorit yang bisa membuat kalian membacanya berulang-ulang tanpa rasa bosan di hati?  Jika buku itu sudah bisa membuat kalian begitu, maka buku itu sudah punya kharisma yang kuat dan menempel di hati pembacanya.  Hingga membuat kita tidak bosan walaupun sudah dibaca berulang kali.

Sebuah karya sastra memang sebuah tantangan di mana penulis harus bisa membuat pembaca merasakan yang terjadi di dalam novel tersebut juga merasakan apa yang dirasakan karakter di dalam novel tersebut.  Misalnya saat memakan sebuah makanan, dan di situ karakter bilang "Wah, makanan ini enak sekali,"  apa yang dipikirkan pembaca adalah harus percaya dengan apa yang ditulis oleh penulis.  Nah, jika bisa membuat pembaca mengerti dan merasakan kejadian dalam novel maka itulah novel yang membekas di hari pembacanya.

Semua pasti punya bacaan yang seperti itu, bukan?  bacaan yang tak terlupakan karena terus dibaca padahal sudah hapal mati ceritanya.

Kalau Saya, tentu juga punya.  Untuk Novel Saya pilih The Melancholy Of Suzumiya Haruhi.  Kenapa? Karena novel ini menyajikan sebuah hal yang baru, walau konyol dalam novel ini menunjukkan bahwa seluruh dunia dipegang oleh seorang gadis bernama Suzumiya Haruhi yang punya kemampuan replacement atau lebih sering disebut Haruhism.  kemampuan itu adalah untuk menghapus sebuah hal dan menggantinya dengan hal yang dia mau seperti membalik telapak tangan.  Misalnya haruhi sudah bosan dengan dunia ini, maka dia akan menghancurkannya dan menggantinya dengan yang baru. Bisa dibilang Haruhi seperti Tuhan. karena itu semua teman-temannya berusaha agar Haruhi tidak stress.

Kalau Komik, Saya memilih Topeng Kaca.  Bisa aku bilang komik ini aja yang bisa membuatku membacanya terus-terusan padahal baru setengah jam yang lalu saya baca.  Kharisma dalam komik ini luar biasa.  Menceritakan Maya Katajima, seorang gadis muda yang punya kemampuan berakting luar biasa.  Jika dia sudah di atas panggung, dirinya berubah menjadi orang lain, dan setiap aktingnya mengundang rasa ingin tahu dan selalu mengejutkan. Penjelasan setting kisah, nuansa dalam komik sangat kental hingga membuat pembaca bisa merasakan sepenuhnya yang terjadi.  Contoh yang membuat aku kagum dengan topeng kaca adalah saat maya harus menjadi penderita tiga cacat, buta, bisu, dan tuli.

Saya mengatakan semua ini bukan berarti saya sudah mengerti dan bisa menulis seperti dua karya di atas.  Tapi, sebagai motivasi untuk kita semua.  Bahwa jika bisa membuat karya yang kita dikenang terus oleh pembaca, melekat di hati pembaca, bahkan bisa membuat pembaca mau membacanya berulang-ulang tanpa rasa bosan, itulah Karya yang berkharisma kuat.

Oke, sampai situ saja dulu.  Saya menulis ini untuk kita semua, terlebih untuk diri saya sendiri.  Saya akan berusaha untuk bisa menulis karya yang seperti itu.  Saya tidak akan kalah dan terus berusaha untuk berkarya dengan segenap kemampuanku.  Karena Saya juga ingin karya saya diingat sepanjang masa walau saya sudah wafat nanti.  Seperti karya Suzue Miuchi, Mangaka Topeng kaca.