Jumat, 23 Januari 2015

Jika Kita Bertemu

Jika kita bertemu, apa yang akan kamu ceritakan padaku?
Tentang masa lalu? Tentang luka?
Atau... sakit yang saat ini sedang menderamu?
Ah, aku sudah kepalang hafal
Bahkan sebelum pertama kalinya mata bertemu mata
Saling memandang
Mencoba memahami, tetapi tanpa saling
Hanya aku, masih aku, dan tetap akan aku

Jika kita bertemu, kemudian giliranku yang bercerita padamu
Tentang masa lalu, tentang luka,
Ah... bukan tentang sakit, karena aku sudah lupa
Aku sudah kepalang hafal
Kita hanya perlu saling memandang
Mencoba memahami, namun semoga dengan saling
Semoga...

Jika kita bertemu lagi, akankah tetap sama?
Kali ini tak ada yang bercerita
Kita terperangkap dalam beku yang aneh
Canggung, tak nyaman
Apakah kita sudah sama-sama tahu?
Kalau begitu, aku titip rindu padamu
Untuk orang yang bercerita tanpa kata namun dengan rasa
Untuk orang yang selalu memahami tak hanya mendengar
...untukku sendiri

Kemudian saat kita bertemu berikutnya,
Hanya senyum yang menyapa
Kita tak perlu saling bercerita lagi
Karena kita hanya bertemu
Ya, bertemu. Begitu seterusnya.

Sambil menatap mendung
Magelang, 23 Januari 2015
15:18 WIB

Rabu, 21 Januari 2015

Cantik? Cantik!

Malam ini secara sadar aku merasa tidak cantik. Hiks. Harusnya tulisan sesensitif ini gak aku post di sini deh. Tapi tapi tapi… kok ya rasanya lebih lega kalau bisa ditumpahin ke blog. Hahah.

Bukan bermaksud tidak bersyukur. Aku bersyukur kok. Suci bersyukur. Banget. Makasih ya Allah. :”) Tapi kok selama 18 tahun lebih jadi cewek, aku nyadarnya baru sekarang. Baru sekarang setelah berkali-kali diingetin sama orang lain. Dan orang yang sama. Huaha. Nyeseknya, yang ngingetin tuh kok ya cowok. -____-

Iya, aku tau aku gak cantik. Gak usah ngomong berkali-kali ngapa? Nyesek tau dengernya. *mulai sensitif

Duh, udah ah sensi nya. Hm, kembali ke topik. Siapa sih cewek yang gak mau cantik? Tapi masalahnya bukan di sana. Bukan mau atau gak mau, tapi bisa atau gak bisa. Kok bisa gak bisa? Cantik kan bawaan lahir ya. Banyak cewek yang dari lahir gak perlu ngapa-ngapain juga udah cantik. Beruntung banget. Nah yang lain gimana? Ada yang cantiknya karena perawatan. Dokter kulit, salon kecantikan, atau apalah. Ya sah sah aja sih, menurutku. Malah bagus deh cewek yang suka merawat diri. Sayangnya aku bukan tipe cewek ini. Terus sisanya gimana? Yang tipe kayak aku gini? Bukan gak cantik kok. Soalnya cantik itu kan relatif. Heheh. (*sok bijak *lebih ke menghibur diri sih sebenernya). Tapi beneran deh, emak bilang Suci cantik kok. :”) #banggabanget

Hm, meskipun aku udah cantik versi emak, tapi tetep deh punya cita-cita suatu saat nanti bakalan jadi cewek beneran. Suatu saat nanti, yeah… Kapan? Ya pokoknya suatu saat nanti. 

Karena gak bisa dipungkiri ya, zaman sekarang tuh cowok gak ganteng (aku gak bilang jelek lho ya :v) pasangannya aja cewek cantik. Nah cowok ganteng, pasangannya sama cewek cantik banget. Terus cewek macam aku ini sama siapa? T.T #butuhtisu. Jadi kesimpulannya adalah, Suci gak pengen jomblo terus. #eh

Duh, jadi inget nasehat dari *piiip* yang dalem banget. Dia bilang gini.

Daripada berdoa jadi cantik, mending berdoa biar dia nerima kamu apa adanya.

Tapi apa adanya di sini bukan berarti terus gak berusaha berubah. Kalo bisa berubah jadi lebih baik, kenapa enggak?

Rrr, abaikan empat paragraf di atas. :D

Yang jelas, selain cantik fisik ada cantik lain yang perlu dipikirin. Cantik hati, cantik sikap, cantik perilaku. Nah kalo cantik fisik belum jadi prioritasku sekarang, maka cantik yang lain dulu ah. Memperbaiki sikap, jangan kayak anak kecil terus, belajar masak, belajar bangun pagi, belajar nahan emosi, belajar gak malu-maluin kalo di depan orang banyak, belajar jadi kalem-->ini yang paling syusah. -,-

Pokoknya belajar memperbaiki diri deh, biar cantik beneran. Ok, itu aja deh curhatan malam hari yang galau. Night~ ({})

*Semoga besok pas bangun, Suci jadi cantik. Huaha. :v

Minggu, 18 Januari 2015

(Tanpa Judul)


Bertahan atau melepaskan, berjuang atau menyerah.
Tidak ada pilihan yang benar-benar benar atau benar-benar salah.
Jika lelah, ingin berhenti, bahkan lari, maka lebih baik pergi.
Aku tak lelah, tak ingin berhenti, apalagi lari.
Tetapi… pantaskah aku bertahan?
Saat bukan aku yang kamu inginkan.
Jika begitu, mengapa tak kamu lepaskan saja aku?
Ah, tetapi tak ada jaminan aku pun akan melepasmu setelah aku kamu lepaskan.
Aku tetap tak bisa membaca hatimu.
Bahkan setelah kamu bilang aku lah yang paling mengertimu.
Aku hanya tahu satu hal.
Hanya denganmu lah, aku jatuh cinta dan patah hati di waktu yang sama.
Kita sama-sama butuh waktu.
Kita?

Magelang, 17 Januari 2015